Newest Post
// Posted by :Unknown
// On :Selasa, 22 November 2016
7 Layer OSI (Open System Interconnection) :
Sebuah model arsitektural jaringan yang dikembangkan oleh badan International Organization for Standardization (ISO) di Eropa pada tahun 1977.
OSI Layer merupakan kumpulan layer-layer yang tidak saling bergantungan namun saling berkaitan satu sama lainnya, maksudnya masing-masing layer sudah mempunyai tugas dan tanggung jawab masing-masing dan saling mengisi satu sama lain, jika salah satu dari Layer tersebut tidak digunakan berarti tidak akan Terbentuk jaringan.
Bagian Bagian OSI Layer :
1. Layer 1: (Lower Layer)
Physical Layer Berfungsi menangani koneksi fisik jaringan dan prosedur-prosedur teknis yang berhubungan langsung dengan media transmisi fisik.
2. Layer 2: (Lower Layer)
Data Link Layer Berfungsi untuk mengendalikan lapisan fisik, mendeteksi serta mengkoreksi kesalahan yang berupa gangguan sinyal pada media transmisi fisik.
3. Layer 3: (Lower Layer)
Network Layer Berfungsi untuk menyediakan routing fisik, menentukan rute yang akan ditempuh.
4. Layer 4: (Lower Layer)
Transport Layer Berfungsi menginisialisasi, memelihara, serta mengakhiri komunikasi antar komputer,selain itu juga memastikan data yang dikirim benar serta memperbaiki apabila terjadi kesalahan.
5. Layer 5: (Lower Layer)
Session Layer Berfungsi mensinkronisasikan pertukaran data antar proses aplikasi dan mengkoordinasikan komunikasi antar aplikasi yang berbeda.
6. Layer 6: (Upper Layer)
Presentation Layer Berfungsi mengubah data dari layer diatasnya menjadi data yang bisa dipahami oleh semua jenis hardware dalam jaringan.
7. Layer 7: (Upper Layer)
Application Layer Merupakan interface pengguna dengan Layer OSI lainnya di layer inilah aplikasi-aplikasi jaringan berada seperti e-mail,ftp, http,danlain sebagainya. Tujuan dari layer ini adalah menampilkan data dari layer dibawahnya kepada pengguna.
Tiga pendekatan pemecahan masalah yang berbeda yang teknisi dapat digunakan untuk mengisolasi masalah :
- Bottom-Up – Pendekatan bottom-up dimulai dengan komponen fisik dari jaringan dan bekerja dengan cara naik lapisan dari model OSI. Pemecahan masalah bottom-up merupakan pendekatan yang efektif dan efisien untuk tersangka masalah fisik.
- Top-Down – Pendekatan top-down dimulai dengan aplikasi pengguna dan bekerja dengan cara menuruni lapisan dari model OSI. Pendekatan ini dimulai dengan asumsi bahwa masalahnya adalah dengan aplikasi dan bukan infrastruktur jaringan.
- Divide-and-Conquer - digunakan oleh teknisi jaringan lebih berpengalaman. Teknisi membuat tebakan menargetkan lapisan masalah dan kemudian berdasarkan hasil pengamatan, bergerak ke atas atau bawah lapisan OSI.
Troubleshooting
1. Layer 1 Troubleshooting
Layer 1 berkaitan dengan konektivitas fisik dari perangkat jaringan. Permasalahan layer 1 sering melibatkan kabel dan listrik, dan merupakan alasan untuk memanggil help desk. Beberapa umum layer 1 meliputi :
- Daya perangkat mati
- Daya perangkat dicabut
- Koneksi jaringan kabel yang longgar
- Jenis kabel yang salah
- Kabel jaringan yang rusak
- Titik akses nirkabel rusak
- Pengaturan nirkabel yang salah, misalnya SSID
Untuk memecahkan masalah pada Layer 1, periksa dulu bahwa semua perangkat listrik telah menyala. Secara visual memeriksa semua pemasangan kabel jaringan dan menyambung kembali kabel untuk memastikan koneksi yang benar. Jika masalahnya adalah dengan nirkabel, pastikan titik akses nirkabel operasional dan bahwa pengaturan nirkabel dikonfigurasi dengan benar.
2. Layer 2 Troubleshooting
Masalah pada Layer 2 dapat disebabkan oleh peralatan yang rusak, driver perangkat yang salah, atau switch salah dikonfigurasi. Ketika troubleshooting suatu masalah, mungkin sulit untuk mengisolasi masalah pada layer 2.
Seorang teknisi on-site dapat memeriksa apakah NIC terinstal dan bekerja dengan benar. Reseating NIC, atau mengganti NIC rusak dapat membantu untuk mengisolasi masalah. Proses yang sama dapat dilakukan dengan switch jaringan.
3. Layer 3 Troubleshooting
Pada Layer 3, teknisi perlu menyelidiki pengalamatan logis digunakan dalam jaringan, seperti skema alamat IP. Jika jaringan menggunakan alamat IP, teknisi memverifikasi bahwa perangkat tersebut memiliki pengaturan yang tepat, seperti:
- Alamat IP dalam jaringan yang ditetapkan
- Correct subnet mask
- Default gateway yang benar
- Pengaturan lain yang diperlukan, seperti DHCP atau DNS
Pada Layer 3, beberapa utilitas dapat membantu dengan proses pemecahan masalah. Tiga command line yang paling umum adalah :
- ipconfig – Menunjukkan pengaturan IP pada komputer
- ping – Tes konektivitas jaringan dasar
- Tracert – Melihat jalur routing antara sumber dan tujuan tersedia
4. Layer 4 Troubleshooting
Jika Layers 1 sampai 3 semua muncul untuk menjadi beroperasi secara normal dan teknisi berhasil bisa nge-ping alamat IP dari server jauh, sekarang saatnya untuk memeriksa lapisan yang lebih tinggi. Sebagai contoh, suatu firewall jaringan digunakan sepanjang alur, penting untuk memeriksa bahwa aplikasi TCP atau UDP port terbuka dan tidak ada filter mendaftar sedang menghalangi lalu lintas ke port tersebut.
5. Layer 5 -7 Troubleshooting
Teknisi juga harus memeriksa konfigurasi aplikasi. Sebagai contoh, jika troubleshooting suatu email, pastikan bahwa aplikasi yang dikonfigurasi benar mengirim dan menerima informasi server email. Hal ini juga diperlukan untuk memastikan bahwa resolusi nama domain berfungsi seperti yang diharapkan.
Terimakasih sangat membantu.
BalasHapus